Apa itu Tartil dalam Istilah Ilmu Tajwid

Apa itu Tartil? Tartil, istilah ini sering kita dengarkan sehari-hari ketika berhubungan dengan membaca alquran dan ilmu tajwid. Misalnya ada orang yang menyarankan “Kalau baca quran harus tartil"

pengertian tartil
ilmutajwid.my.id

Kebanyakan, orang mengartikan tartil itu pelan-pelan. Hal ini, dimungkinkan karena penerjemahan kata tartil di dalam al-Qur'an yang diartikan secara "pelan-pelan" Mungkin untuk menyederhanakan istilah saja. Masih banyak orang yang bertanya tentang apa itu tartil?

Tartil adalah hal yang sangat penting untuk diketahui, menurut Hasan (2018) menyebutkan bahwa metode-metode pembelajaran alquran saat ini banyak yang bertujuan untuk mentartilkan bacaan. Oleh sebab itu, pembelajaran tajwid seharusnya berpedoman pada cara-cara membaca alquran secara tartil (Khakimah, 2016)

Silakan bisa dicek terjemah QS. Muzammil ayat 4 seperti dituliskan di bawah. 

Kata tartil diartikan dengan pelan-pelan. Namun dengan terjemahan yang "pelan-pelan" seperti itu, akan muncul kejanggalan.

Apakah orang yang membaca quran dengan cepat itu tidak termasuk tartil? 

Nah, di sinilah letak salah kaprahnya. Padahal tartil itu tidak melulu pelan-pelan. Jadi, tentang jawaban apa itu tartil tidak melulu pelan-pelan dalam membaca al-Qur'an. 

Sahabat Ali karramallah wajhah pernah ditanya tentang tafsir di Quran surat al-Muzammil ayat 4. Ayat tersebut bisa dijadikan sebagai jawaban tentang apa itu tartil.

أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلًا

Sayyidina Ali menjawab bahwa tartil adalah;

Membaca huruf-hurus sesuai dengan kaidah dan mengetahui tempat-tempat waqaf.

Dari jawaban Sayyidina Ali di atas, kita mendapatkan gambaran besar dalam tartil.
  1. Membaca setiap huruf dari Al-Qur’an dengan baik dan benar
  2. Mengetahui tempat-tempat waqaf yang ada di dalam al-Qur’an
Dua hal tersebut menjadi standar dalam pembacaan tartil.

Jadi bukan lagi soal cepat dan tidaknya seseorang itu membaca al-Quran lalu disebut sebagai tartil/tidak, namun lebih pada cara pembacanya.

Bisa jadi, orang yang bacaannya pelan itu belum disebut tartil kalau belum memenuhi standar dua hal di atas.

Begitu pula, orang yang bacaannya cepat belum tentu tidak tartil, bisa jadi justru ia tartil ketika memenuhi 2 standar di atas.

Contoh Mentajwidkan Huruf Ketika pengucapan huruf hamzah dan ‘ain, seseorang harus bisa membedakan makhraj antara keduanya, jangan sampai tertukar pengucapannya sebab huruf ain dan hamzah berada pada satu makhraj yaitu halaq (tenggorokan)

Namun keduanya mempunyai perbedaan di dalam lokasi tenggorokan yang paling tepat.

Contoh Mengetahui waqaf Misalnya pada ayat QS. Al-A’raf; 2

كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيۡكَ فَلَا يَكُن فِي صَدۡرِكَ حَرَجٞ مِّنۡهُ لِتُنذِرَ بِهِۦ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ

Seseorang tidak diperboleh waqaf di tengah-tengah kalimat

كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيۡكَ فَلَا يَكُن فِي صَدۡ

Sebab seharusnya ia waqaf di akhir kalimat, bukan di tengah-tengah seperti di atas. Hal ini harus disempurnakan saya kalimatnya menjadi

كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيۡكَ فَلَا يَكُن فِي صَدۡرِكَ

Pembahasan waqaf di sini agak panjang, ini contoh paling sederhana saja yang memang benar-benar tidak diperbolehkan untuk waqaf di tengah-tengah kalimat, belum lagi nanti ada istilah teknis dalam ilmu tajwid.

Sekian dulu pembahasan mengenai apa itu tartil. Semoga pertanyaan tentang apa itu tartil bisa diterjawab dengan mudah dan jelas.

Post a Comment for "Apa itu Tartil dalam Istilah Ilmu Tajwid"